Dirgahayu Republik Indonesia
Duduk di pantai tanah permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai,
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya,
Dilingkari air mulia tampaknya:
Tumpah darahku Indonesia namanya
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai,
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya,
Dilingkari air mulia tampaknya:
Tumpah darahku Indonesia namanya
26 Oktober 1928,
Muhammad Yamin berpuisi indah sekali rupanya
Menggugah jiwa muda yang merana dihimpit Belanda
Melukiskan Indonesia begitu elok parasnya
Berikrar inilah tumpah darahnya
Muhammad Yamin berpuisi indah sekali rupanya
Menggugah jiwa muda yang merana dihimpit Belanda
Melukiskan Indonesia begitu elok parasnya
Berikrar inilah tumpah darahnya
Sedang kita tak tahu mau berpuisi apa
Kini tak hanya dihimpit Belanda
Sukar melukiskan paras Indonesia
Berikrar sekadar gincu saja
Kini tak hanya dihimpit Belanda
Sukar melukiskan paras Indonesia
Berikrar sekadar gincu saja
Seperti aku, mungkin kita, sekarang....
[nf]
*puisi berhuruf miring paling awal dikutip dari kitab puisi Horison Sastra Indonesia, Karya Muhammad Yamin, Indonesia Tumpah Darahku (1928).
Comments
Post a Comment